Aturan Mendisiplinkan Anak

Sering kali ketika orang tua terpancing atau terpicu oleh kenakalan anak mereka, mendisiplinkan anak cenderung menjadi sarana melepaskan kekesalan orang tua alih-alih mengajarkan anak tentang konsekuensi.Mendisiplinkan anak terkadang sangat rumit. Bahkan orang tua teladan pun tidak selalu sukses mendisiplinkan anak setiap saat. Sering kali sebagian alasan yang menjadikannya rumit adalah ketika orang tua terhanyut masalah dan perasaan mereka sendiri ketika sedang mendisiplinkan anak. Sering kali ketika orang tua terpancing atau terpicu oleh kenakalan anak mereka, mendisiplinkan anak cenderung menjadi sarana melepaskan kekesalan orang tua alih-alih mengajarkan anak tentang konsekuensi. Mendisiplinkan anak akan menjadi lebih efektif ketika orang tua mampu mengendalikan perasaan mereka sendiri dan memahami perasaan anak. Berikut ini adalah beberapa aturan mendisiplinkan anak yang disarankan oleh artikel "6 Rules to Live By When You Discipline Your Child":
  • Pertahankan sikap tenang
Ketika Anda sedang stres, perilaku Anda cenderung tidak normal dan konsisten. Misalnya, anak Anda mulai melompat-lompat di sofa, tetapi Anda tidak berkata apa-apa. Namun, tiba-tiba anak Anda menjatuhkan lampu meja di samping sofa, lalu Anda mulai berteriak dan memarahinya. Anak Anda akan merasa bingung karena dia akan berpikir, "Mengapa tadi Mama baik-baik saja, tetapi sekarang berteriak-teriak?" Orang tua yang emosinya mendadak berubah adalah sangat menakutkan bagi anak. Ketika Anda marah dan berteriak, anak tidak mendengarkan perkataan Anda, tetapi hanya mengingat rasa takut yang melanda mereka ketika orang tuanya kehilangan kendali. Cara terbaik untuk menegur anak adalah dengan menenangkan diri sendiri terlebih dahulu. Tarik napas dalam-dalam dan tenangkan diri sebelum Anda mendisiplinkan anak.
  • Pikirkan hasil akhir
Pikirkan tentang apa yang sebenarnya Anda inginkan dari mendisiplinkan anak. Ini bukan hanya sekadar melepaskan rasa frustrasi Anda, melainkan menyampaikan pelajaran apa yang Anda ingin anak peroleh dari pengalaman ini, misalnya mengembangkan moralitas dan tanggung jawab. Anda ingin mereka merasa aman dalam hubungan keluarga, tetapi juga memahami bahwa mereka tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan.
  • Terhubung di tingkat emosional
Ketika seorang anak sedang merasa sedih atau stres, Anda hendaknya berusaha untuk terhubung dengan mereka di tingkat emosional yang akan membantu mereka fokus dan tidak panik. Anda dapat melakukan kontak fisik seperti merangkulnya dan memastikan kontak mata dengannya. Temukan cara untuk menenangkan mereka tanpa banyak berkata-kata. Anda cukup mengatakan, "Sepertinya kamu benar-benar sedih tentang ini." Setelah mereka tenang, Anda dapat membantu mereka menemukan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi. Misalnya, jika anak Anda merasa stres karena terlalu banyak PR dari sekolah, Anda dapat duduk menemaninya mengerjakan PR atau menyarankan pendekatan berbeda.
  • Jangan pernah mengucilkan atau memberi hukuman fisik
Ada banyak argumen yang menentang hukuman fisik, tetapi argumen terpenting adalah bahwa itu tidak membuat anak patuh atas kehendak mereka sendiri. Satu lagi metode mendisiplinkan anak yang kurang efektif adalah time outs atau menyuruh anak pergi ke pojok ruangan atau masuk ke dalam kamarnya untuk sementara waktu sebagai bentuk hukuman. Anda ingin anak belajar cara memanfaatkan interaksi dengan orang lain untuk mengendalikan perasaan dan perilaku dengan lebih baik. Anda harus mempertimbangkan untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi anak dan menjadikan mereka 'tahan banting' di dunia nyata di mana mereka tidak dapat bersembunyi ketika mereka menghadapi konflik atau melakukan kesalahan.
  • Ajarkan empati
Ketika anak Anda membuat temannya menangis, Anda mungkin tergoda untuk menyeret anak Anda dan memaksanya meminta maaf kepada temannya itu. Anak Anda mungkin tidak akan benar-benar berniat melakukannya dan mengatakannya dengan tergesa-gesa. Strategi yang lebih baik adalah dengan berbicara kepada anak Anda dan membantunya memahami apa yang temannya rasakan, misalnya, "Bagaimana perasaan kamu kalau temanmu merampas mainanmu?" Dengan mengajukan pertanyaan seperti ini, Anda mengajarkan anak untuk mengembangkan empati, yaitu merasakan dan memahami perasaan dan pengalaman orang lain.
  • Jadilah teladan
Orang tua zaman sekarang ingin agar anak-anak mereka menyukai mereka. Ini tidak salah, tetapi kita sebagai orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan anak-anak kita untuk menjadi orang dewasa yang mandiri. Memanjakan anak akan membuat mereka tidak mandiri dan merasa kecewa ketika terjun ke dunia nyata. Terlalu mengekang anak akan membuat mereka menjadi pemberontak. Hal yang terbaik yang dapat Anda lakukan adalah menjadi diri Anda sendiri dan terus berusaha menjadi pribadi terbaik Anda. Kembangkan sifat-sifat yang Anda kagumi dari orang lain dan ingin Anda lihat dalam diri anak Anda, seperti belas kasih, kesabaran, kejujuran, murah hati, pantang menyerah, selalu optimis, dan penuh kasih.
  • Relakan mereka
Pastikan Anda memberikan struktur, kasih sayang, dan keamanan bagi anak-anak Anda, kemudian biarkan mereka menentukan jalan hidup sendiri. Izinkan mereka mengeksplorasi dunia mereka dan menemukan jati diri mereka sendiri. Jangan membebani mereka dengan aturan dan batasan yang hanya mencerminkan apa yang Anda inginkan dan bukan apa yang mereka butuhkan. Jika Anda menunjukkan rasa percaya kepada anak Anda, mereka akan menyerap dan meniru segala kualitas baik Anda sementara tetap merasa bebas mengejar cita-cita mereka sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar