Manfaat PR

Belakangan ini banyak sekolah full day (anak belajar sampai sore) yang tidak memberi PR kepada anak-anak. Lalu “tren” ini mulai “menular” ke beberapa sekolah klasik (siang hari, sekitar pk 14.00 paling lambat, sudah pulang).
Sebenarnya, apa sih untung dan ruginya anak-anak diberi PR itu?

Manfaat PR :
  1. mengajarkan manajemen waktu kepada anak 
  2. mengajarkan kepada anak bagaimana menentukan prioritas 
  3. membantu guru menentukan seberapa baik pelajaran dan materi difahami oleh murid. 
  4. mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan suatu masalah (bukan sekadar menyelesaikan soal-soal PR; misalnya, menyelesaikan perdebatan dengan orangtuanya, mengatasi perasan malas, dsb). 
  5. memberi kesempatan bagi orangtua untuk melihat apa yang dipelajari anaknya dan seberapa besar penguasaan anaknya. 
  6. mengajarkan kepada anak bahwa mereka harus melakukan hal-hal tertentu, bahkan jika mereka tidak menginginkannya. Ini penting dalam kehidupan dewasanya kelak. 
  7. mengajarkan kepada anak bertanggung jawab dalam proses pendidikan dirinya sendiri. 
  8. mengajarkan kepada anak untuk bekerja dan berpikir mandiri. Tetapi PR juga berpotensi menguatkan ikatan keluarga, karena anak bisa meminta bantuan saudaranya atau orangtuanya untuk bagian-bagian tertentu dari PR-nya. 
  9. mengajarkan kepada anak pentingnya perencanaan, tetap fokus dan bertindak. 
  10. menunjukkan pentingnya pelajaran hidup, seperti bagaimana membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, yang akan mereka pakai sebagai orang dewasa nanti. 
  11. membangun pengertian dan ketertarikan terhadap berbagai masalah dalam masyarakat. 
  12. PR menyiapkan anak untuk ujian akhir.
Kerugian? Hanya Potensi!
 
Berbeda dengan keuntungan PR, para ahli pendidikan menganggap “kerugian” atau “kekurangan” PR hanya berupa potensi. Artinya, baru nyata menjadi kerugian jika situasinya terpenuhi. Salah satu alasan anak-anak tidak diberi PR adalah anak-anak juga butuh waktu untuk bersantai dan mengistirahatkan pikirannya. Tekanan untuk menyelesaikan PR setiap malam itu cukup berat bagi kebanyakan anak. Mereka juga membutuhkan waktu untuk menyegarkan otak dan tubuhnya. Akan tetapi potensi kerugian sangat bisa diatasi jika orangtua membuat jadwal hidup yang rutin dan seimbang bagi anak-anaknya; misalnya bangun pagi, berolahraga atau senam, sarapan dengan gizi yang mencukupi, ada aktivitas free-play (bermain bebas) termasuk olahraga yang disukai anak; sering piknik, kerap bercanda, dan rutin berdoa.

Kedua, PR berpotensi mengurangi waktu anak-anak bersama dengan keluarganya. Waktu keluarga itu sangat penting bagi anak yang sedang tumbuh dan berkembang karena ikatan emosional dan rasa percaya diri yang sehat tumbuh dari jumlah waktu bersama ini. Masalahnya, dan faktanya, bukan PR yang mengurangi waktu keluarga, tetapi orangtua sendiri yang tak punya waktu bagi anak-anaknya. Bahkan, belakangan ini, salah satu keputusan orangtua memasukkan anak-anaknya sekolah “full day” (yang biasanya tanpa PR) adalah karena kedua orangtua bekerja penuh waktu dan anak tidak ada yang menjaga di rumah. Padahal, anak-anak juga membutuhkan “rasa berpulang” ke rumah — rasa rindu rumah dan menemukan “energi” orangtuanya dengan tiduran di kamar orangtua, merasakan “kehadiran" orangtuanya. Jika sejak bayi sudah dibiasakan dengan hidup yang teratur; kebanyakan anak kelas 2-3 SD sudah cukup mandiri untuk bisa menjalani hidup sendiri di rumah kelas menengah.

Ketiga, PR berpotensi menimbulkan konflik antara orangtua dan anak karena orangtua memaksa anak mengerjakan PR dan anak menolak karena ingin mengerjakan hal lain. Konflik ini juga tidak bisa dibilang akibat PR, tetapi akibat orangtua yang tidak menjalankan pola hidup teratur kepada anaknya sejak dini.

Keempat, sebagian guru tak punya waktu untuk memeriksa PR secara menyeluruh karena mereka sibuk dengan merancang pelajaran dan aktivitas administrasi lainnya. Ini sebenarnya juga bukan kelemahan PR, tetapi kekurangan dari pihak guru.

Apa yang Dapat Dilakukan Orangtua? 
 
Akibat terpaan media sosial, kebanyakan anak sekarang tidak antusias ketika mendapat PR. Mereka dibanjiri dengan pilihan-pilihan lain yang tampak lebih menyenangkan. Distraksi bagi anak terlalu banyak. Mungkin hanya segelintir anak dengan motivasi intrinsik yang sangat kuat yang masih menganggap PR itu menyenangkan. Tentu sebagian besar anak tersebar di antara dua ekstrim itu.
Melawan distraksi itu tentu sulit, tetapi tetap bisa dilakukan. Aturan yang jelas tentang penggunaan hape atau smartphone, serta kapan saja boleh bermain video games dan kapan menonton televisi akan sangat membantu mengurangi distraksi anak.
Anda juga mesti membangun “orientasi pada tujuan” di dalam diri anak-anak Anda. Pertama, teladankan dari tindakan dan terutama cara Anda bekerja yang “tidak asal menggelinding,” alias “asal rutin bekerja.” Tunjukkan bahwa Anda bekerja karena ada target dan tujuan yang sangat jelas. Apa tujuan pada 10 tahun mendatang? Apa tujuan 3 tahun mendatang? Dan apa tujuan Anda bekerja hari ini?
“Orientasi pada tujuan” ini akan membangun motivasi intrinsik anak
Ya, setiap anak mesti tahu apa “tujuan” belajarnya; ia mesti tahu “apa yang diharapkan darinya.” Harapan yang nyata, yang konkrit, yang mudah dimengerti anak. Jadi, jangan sebutkan, “Dengan belajar, kamu akan dapat nilai bagus dalam matematika” atau “Kamu mesti belajar supaya pintar.” Bagi anak kelas satu SD misalnya, Anda dapat mengatakan “Supaya kamu bisa membantu Mama membacakan daftar belanjaan kalau di supermarket.” Tetapi untuk anak kelas satu SMP Anda bisa mengatakan, “Kita berwisata keliling Indonesia supaya kamu bisa menerapkan pelajaran Geografi dan Antropologimu.”
Mengapa mesti perlu diberitahukan tujuan belajarnya? Seorang anak yang belajar dengan tujuan akan lebih termotivasi. Tidak akan pernah asal-asalan dalam mengerjakan apa pun juga. Tidak asal menggelinding. Ia juga menjadi tidak mudah putus asa, tak mudah patah arang, tak mudah frustrasi, tak mudah mengeluh.
Mengenai tujuan belajar ini, Anda juga bisa menjelaskan manfaat mengerjakan PR seperti tercantum di atas kepada anak Anda. Tentu dengan menyertakan contoh-contoh konkrit sehari-hari.
Dan yang paling dasar dari masalah PR ini adalah…KETERATURAN. Jalankan pola hidup teratur di dalam keluarga Anda. Teratur setiap hari. Teratur berdasar jadwal mingguan. Teratur dalam periode tahunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar