Anak Gagap, Ajaklah Bicara dengan Rileks
Gagap merupakan gangguan bicara, bukan kecerdasan. Apa penyebabnya? Bagaimana mengatasinya?
Pada
 usia prasekolah, seorang anak diharapkan sudah lancar berbicara. Namun 
 banyak yang bicaranya masih gagap. Gagap atau stuttering merupakan 
bentuk gangguan pola dan kelancaran bicara. 
Bagaimana gejalanya? 
Repetisi atau pengulangan bunyi, seperti ”M..M..Mama.” Pengulangan suku 
kata, misalnya ”Pa..Pa..Pa..Papa.” Dan pengulangan frasa, contohnya 
”Mama mau..Mama mau..Mau apa.” Anak gagap juga seringkali memanjangkan 
bunyi seperti, ”Ppppppp...Papa.” 
Pada umumnya, gagap terjadi sebelum
 si kecil menginjak usia 12 tahun. Puncaknya pada usia 2-3 tahun dan 5 –
 7 tahun. Biasanya terjadi ketika anak sedang merasa sangat senang atau 
kebalikannya, merasa sangat sedih, ketakutan, atau terlalu bersemangat. 
Sehingga dia sulit mengutarakan maksudnya. Anak usia ini juga masih 
kesulitan mencari kata yang tepat untuk mewakili maksudnya. Karena itu 
seringkali bicara tersendat-sendat atau gagap. 
Keturunan dan Kecemasan.
Meski
 ada banyak penjelasan penyebab anak gagap, namun sampai saat ini masih 
belum bisa dipastikan apa penyebab. Ada teori yang menjelaskan bahwa 
gagap terjadi karena adanya masalah emosi atau kecemasan yang tidak 
terselesaikan dalam diri anak. 
Selain itu, faktor genetik diduga 
juga sebagai penyebab anak gagap. Sekitar 79 persen dari kasus gagap 
ditemukan berasal dari keluarga yang juga punya riwayat serupa. Ada juga
 yang mengatakan bahwa gagap ada hubungannya dengan gangguan pada pusat 
bicara di otak.
Faktor emosi atau kecemasan juga mempengaruhi anak 
menjadi gagap bicaranya. Gagap bisa terjadi pada situasi-situasi 
tertentu, terutama saat ada kecemasan. Dalam situasi tersebut, terjadi 
spasmodik atau pemblokiran suara, utamanya pada kata yang berawalan 
huruf b, d, s, dan t, yang butuh adanya penekanan. Jadi, gagap di sini 
bukan gangguan dalam organ bicara, melainkan representasi kondisi 
ketidakmatangan emosi yang tercermin pada gangguan berbicara. Biasanya 
ini dialami oleh anak-anak yang kurang percaya diri atau memiliki self 
esteem rendah.
Disertai Tics.
Kondisi
 gagap pada anak bervariasi dari yang ringan sampai berat. Pada gagap 
yang berat, selain sulit atau bahkan tak mampu mengucapkan kata juga 
sering kali diikuti oleh gerakan berulang pada bagian tubuh yang tak 
bisa dia kendalikan. Kerap disebut tics, yang terjadi pada wajah atau 
gerak-gerak kecil pada bagian punggung yang berulang dan tak terkendali.
Gerakan
 tersebut merupakan representasi perjuangan dalam dirinya (internal) 
yang berat untuk dapat berbicara lancar. Nafasnya pun relatif lebih 
cepat. Serangan gagap ini dapat terjadi setiap saat dan pada 
situasi-siatuasi tertentu seperti harus berbicara di hadapan orang-orang
 yang dianggapnya memiliki kelebihan dari dirinya. 
Sementara pada 
gagap ringan, anak dapat bicara normal dan lancar saat sedang sendiri, 
berbisik, menyanyi, dan di antara orang-orang yang dia anggap lebih 
rendah posisi atau usia dibanding dirinya. Serangan gagap bisa dialami 
bila ia merasa malu, rendah diri atau terlampau menyadari kondisi 
dirinya. 
Gagap tidak akan berlanjut sampai dewasa bila anak diterapi
 dengan baik dan segera. Selain juga dibutuhkan dukungan dari lingkungan
 keluarga dan sekitarnya. Kecuali jika penyebabnya adalah herediter 
(keturunan), agak sulit dihilangkan. 
Bahan Olok-olok.
Jika
 gagap pada anak tidak segera ditangani akan memberikan dampak buruk, 
seperti dalam lingkungan pertemanan. Bisa saja dia menjadi bahan 
olok-olok teman-temannya, bahkan di dalam keluarga sendiri. Anak bisa 
stres akibat perlakuan negatif yang diterima dari lingkungan dan 
akhirnya anak menjadi cemas, takut untuk berbicara. 
Rileks Saat Bicara.
Kebanyakan
 kasus gagap tidak memerlukan terapi khusus. Tergantung tingkat 
keparahannya. Anak memerlukan terapi jika gagap sangat mengganggu 
komunikasinya dan mempengaruhi emosinya (minder, menarik diri dan 
sebagainya). Misalnya terlalu sering mengulang suku kata, muka sampai 
menegang dan memerah ketika berusaha bicara. 
Umumnya penanganannya 
adalah dengan mengajarkan orangtua untuk menyikapi masalah anak, 
khususnya ketika sedang berbicara kepada anak. Orangtua perlu berbicara 
perlahan, menggunakan kalimat yang sederhana dan singkat. Serta 
mengurangi beban dan situasi yang menimbulkan gagap. Seperti, ketika 
bertanya dengan nada marah, maka orangtua harus mengubah intonasinya.
Yang
 paling penting adalah membuat suasana rileks saat bicara dengan anak 
gagap. Dalam hal ini orangtua dapat mengajarkan anak tehnik rileksasi 
sederhana, seperti tarik nafas dalam-dalam agar lebih tenang sebelum 
berbicara. Teknik ini tidak dilakukan pada saat anak sedang gagap, 
melainkan saat dia tenang, perlahan dan tidak terburu-buru. Jangan 
membuat anak semakin  menyadari gagapnya, dengan memintanya mengulangi, 
atau menghentikannya lalu menyuruh anak untuk ambil nafas dulu, atau 
mencemooh dan membentak. Dengarkan saja dengan sabar dan penuh 
perhatian. Jauhkan situasi yang menekan dan menimbulkan kecemasan. 
Perlakuan
 kasar, terlalu sering dikritik, dihukum melewati batas dan disiplin 
yang terlalu keras membuat anak merasa tidak nyaman dan merasa cemas 
sehingga timbullah gagap. Orangtua dapat mengalihkan dulu pada hal lain 
yang lebih mudah untuk dilontarkan anak, sebelum anak kembali mencoba 
mengutarakan maksudnya.
Kenali Lima Tahap Bicara dan Bahasa Anak
Jangan
 beranggapan gagap pada anak tidak bisa dideteksi sejak dini. 
Gagap-tidaknya seorang anak sudah bisa dideteksi sejak fase true speech 
(bicara benar), usia 18 bulan. 
Kegagapan ini akan tampak jelas pada 
usia 4-5 tahun. Karena, seharusnya perkembangan bahasa anak sudah baik, 
pemahamannya sudah bagus, pembentukan kalimat, bahasa ekspresif, dan 
kelancaran bicaranya juga sudah bagus, serta sosialisasi anak pun sudah 
lebih luas. 
Tahap bicara dan bahasa pada anak.
1. Reflexive vocalization
Pada
 usia 0–3 minggu, suara-suara atau tangisan yang dihasilkan bayi masih 
berupa refleks belaka yang tanpa disadari, tanpa kehendak atau bukan 
suatu respons atas lingkungan. Di atas usia itu barulah tangisannya bisa
 dibedakan apakah karena lapar dan sebagainya.
2. Babbling
Usia
 di atas 3 minggu sampai 2 bulan, anak mengeluarkan bunyi-bunyian 
seperti orang berkumur-kumur dengan nada dan kenyaringan yang 
berbeda-beda.
3. Lalling
Terjadi pada usia 2 bulan sampai 6
 atau 7 bulan. Bayi mulai banyak mendengar dan bisa mengulang-ulang suku
 kata, seperti ’Ba... ba..., ma... ma...,’ dan sebagainya.
4. Echolalia
Sejak
 usia 10 bulan si kecil sudah mendengar bunyi-bunyi dari lingkungannya, 
kemudian ia mencoba menirukannya — ia melakukan peniruan dan pengulangan
 bunyi dari usia sebelumnya — disertai dengan ekspresi wajah dan isyarat
 tangan. Jadi sudah ada penggunaan alat komunikasi lain untuk 
memperjelas maksud yang ingin disampaikannya.
5. True Speech atau bicara benar.
Umumnya
 anak sudah bicara secara benar di usia 18 bulan (1,5 tahun). Maksudnya,
 pola bicara anak sudah dimengerti, meski kemampuan artikulasinya belum 
memadai. Anak sudah mampu mengucapkan rangkaian kata atau membentuk 
kalimat.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar